Setiap pendaftaran beasiswa hampir pasti memerlukan surat referensi atau surat rekomendasi (reference letter atau sering juga disebut recommendation letter). Banyak pertanyaan sejenis yang ditanyakan prospective students tentang surat ini. Berikut beberapa tips bersumber dari pendapat dan pengalaman saya yang juga berdasarkan hasil diskusi dengan beberapa rekan penerima beasiswa.
1. Teliti syarat surat referensi
Persyaratan yang dicantumkan untuk mendaftar beasiswa, umumnya juga menjelaskan hal-hal penting termasuk siapa yang diharapkan menjadi referee (yang memberikan reference letter), format surat, dan cara pengiriman. Baca dengan teliti dan ikuti persyaratan yang dicantumkan.
2. Siapa yang sebaiknya jadi referee?
Idealnya bukan hanya orang-orang yang punya jabatan tinggi (rektor, dekan, ketua jurusan, dll), tetapi yang lebih penting adalah yang benar-benar mengenal kamu. Dosen pembimbing skripsi/tugas akhir semestinya bisa mengomentari kemampuan risetmu. Dosen pembimbing kemahasiswaan/dosen wali bisa punya pendapat bagus tentang kemampuan organisasimu atau sepak terjangmu selama kegiatan perkuliahan S1. Tapi bisa jadi jabatan penting/gelar akademik tinggi dari reference punya nilai lebih.
Bila sudah punya pengalaman kerja, tentu sangat penting mendapatkan rekomendasi dari atasan kerja. Sekali lagi, orang yang lebih tepat adalah yang tahu langsung bagaimana skill dan kinerja profesionalmu.
Turuti persyaratan, jika diminta surat rekomendasi dari akademisi, meski kamu sudah berpengalaman kerja lebih dari 2 tahun, tetap penuhi syarat tersebut. Sebaliknya, jika tidak ditentukan siapa yang harus memberikan rekomendasi, keputusan ada di tanganmu. Pilih orang-orang yang bisa memberi nilai positif untuk memperkuat aplikasi beasiswamu.
3. Format dan “bungkus”
Beberapa program meminta referee mengisi template/form/tabel, mencentang pilihan (dalam rangka memberi nilai sang prospective student), atau membuat surat bebas. Intinya, ikuti peraturan yang ada. Jika tidak ditentukan, maka referee bebas menentukan format surat rekomendasi (biasanya berbentuk surat biasa).
“Bungkus” surat rekomendasi yang baik adalah atas nama institusi, tertulis di kertas berkop, amplop berkop, dan ada cap. Amplop harus tersegel (dengan cap lagi atau tanda tangan) yang menandakan referee menulis surat itu tanpa diketahui isinya oleh pendaftar beasiswa. Bisa saja rekomendasi diberikan atas nama pribadi (misal karena referee tidak berhak mewakili institusi). Meski begitu, jabatan/profesi referee serta data kontaknya (alamat email dan pos) harus tetap dicantumkan.
4. Isi surat rekomendasi
Bagian ini sepertinya layak untuk dibuat post tersendiri. Isi surat rekomendasi ya rekomendasi 🙂 Hal-hal yang harus ada:
- Siapa (jabatan/profesi) pemberi rekomendasi dan hubungannya dengan pendaftar beasiswa. Ini akan menjawab kenapa rekomendasi dari dia layak diperhatikan.
- Rekomendasi: alasan kenapa sang pendaftar beasiswa layak mendapat beasiswa. Bisa karena prestasi kuliah, kegiatan ekstra kurikuler, prestasi dan performa kerja, dll.
Silakan cari contoh atau template surat rekomendasi lewat mesin pencari.
5. Tanggal/Up to date
Punya “stok” surat rekomendasi yang dibuat tahun lalu? Jangan dipakai, minta referee buat yang baru 😀
Sebenarnya masih banyak yang bisa digali dari surat rekomendasi. tapi topik ini akan dibahas lagi di artikel-artikel berikutnya. Jika ada pertanyaan, sanggahan, atau tambahan, jangan sungkan untuk berkomentar melalui form di bawah. Silakan juga berbagi lewat Facebook/Twitter dengan tombol Share berikut.
Photo credit: [1]